Supplier,Disributor Dan Jasa Pemasangan CCTV Se Jawa Timur

Senin, 20 Oktober 2014

BENTENG PENDEM NGAWI WISATA SEJARAH DIJANTUNG KOTA NGAWI




 PORTALNGAWI.COM-Benteng Pendem Van Den Bosch terletak di Komplek Angicipi Batalyon Armed 12, pertemuan antara Jalan Diponegoro (sebelah timur) atau Jalan Untung Suropati (sebelah barat) RT/RW : 07/02, Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi, Kabupatan Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Johannes Graaf Van Den Bosch memiliki kedekatan nama dengan Benteng Van Den Bosch di Kabupaten Ngawi yang dibangun pada kurun waktu tahun 1839-1845. Benteng ini bertujuan  untuk menghadapi serangan perlawanan pejuang terhadap penjajah oleh pengikut Pangeran Diponegoro (Perang Jawa pada tahun 1825-1830) yang dipimpin oleh Wirotani (sumber : Buku De Java Oorlog karangan P.J.F. Louw, Jilid I Tahun 1894). Berdiri di atas lahan seluas ± 1 Hektar, diapit oleh sungai Bengawan Solo pada sebelah utara  dan sungai Bengawan Madiun pada sebelah selatan, tembok benteng berbentuk persegi panjang serta unjungnya dilengkapi dengan Seleka (Bastion), dikelilingi dengan parit dan gundukan tanah, sehingga menjadikan Benteng ini sangat kokoh sebagai basis pertahanan terhadap serangan.
Saat itu Ngawi yang semula berstatus Onder-Regentschap dinaikkan menjadi Regentschap (Kabupaten dalam wilayah eks Karesidenan Madiun) yang dkepalai oleh Regent atau Bupati Raden Adipati Kertonegoro pada tahun 1834. Hal dikarenakan Ngawi memiliki letak geografis yang sangat strategis dengan potensi yang sangat menguntungkan.Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, pada tahun 1962 benteng ini beralih fungsi menjadi markas dan gudang amunisi Batalyon Armed 12 yang sebelumnya berkedudukan di Kecamatan Rampal, Kabupaten Malang, serta menjadi area latihan perang. Kemudian antara tahun 1970-1980, dikosongakan karena gudang amunisi dipindahkan ke Jalan Siliwangi kota Ngawi yang sekarang menjadi maskas Kostrad. Pada tahun 2011, setelah terbengkalai cukup lama dan tertutup untuk dikunjungi, akhirnya Benteng Van Den Bosch dibuka untuk umum, dan pada tahun 2012 Pemerintah Kabupaten Ngawi telah melakukan penataan di sekiar kawasan benteng untuk dikembangkan sebagai andalan wisata edukasi dan sejarah di Kabupaten Ngawi.

 
Johannes Graaf Van Den Bosch
Johannes Graaf Van Den Bosch dilahirkan di Herwijnen Provinsi Gelderland, Belanda pada tanggal 2 Februari 1780. Bergabung dengan Dinas Militer pada usia 17 tahun dan ditempatkan di Unit Zeni Tempur. Kapal yang membawanya tiba di Pulau Jawa pada tahun 1797 berpangkat seorang Letnan, akan tetapi pangkatnya cepat dinaikan menjadi Kolonel. Karena berselisih pendapat dengan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1810, Beliau dipulangkan ke Belanda. Diusia 28 tahun, Beliau mengundurkan diri dengan jabatan terakhir sebagai Kolonel. Kemudian Beliau diangkat kembali di Ketentaraan menjadi Panglima Maastricht dengan pangkat Mayor Jenderal.  Pada tahun 1827, Beliau diangkat menjadi Komisaris Jederal dan kembali ke Batavia sampai dengan menjabat sebagai Gubernur Hindia Belanda yang ke-43 pada tahun 1830-1834.
 Pada masa pemerintahannya, Beliau menetapkan sistem Cultuurstelsel atau Tanam Paksa. Proposal Tanam Paksa ini mengantarkan Beliau diangkat menjadi Gubernur Hindia Belanda oleh Raja Willem I. Tanam paksa sangat menyengsarakan bagi petani di Hindia Belanda, tetapi membawa kemakmuran di Negeri Belanda. Tanam paksa pada dasarnya memberi pajak keseluruh tanah di Pulau Jawa dengan  nilai  20% sampai  30% dan tanaman yang ditanam harus sesuai dengan komodias ekspor yang ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pembayarannya tidak berupa uang atau beras, tetapi dengan bentuk kerja atau penggunaan tanah. Akan tetapi Beliau dianggap gagal dalam meredam Pemberontakan Paderi (1803-1838) di Sumatera Barat. Sekembalinya ke Belanda, Beliau diangkat menjadi Menteri  Urusan Jajahan (Koloni) dan wafat di kota Den Haag pada tanggal 28 Januari 1844.


 

















Pintu Gerbang Depan (Pertama)
Sebelum Kotatuaku mengunjungi Benteng Pendem Van Den Bosch, terlebih dahulu melapor kepada petugas di pos penjaga Militer yang berada di pintu gerbang masuk dengan menyampaikan tujuan (berkunjung)  dan meninggalkan Identitas. Pada bagian depan, kotatuaku menjumpai deretan mobil milter lama yang terparkir serta proyek rencana pembangunan taman oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi.
 Benteng Van Den Bosch memang terlihat seperti terpendam, dikarenakan tertutup gundukan tanah yang sengaja dibangun sebagai tanggul untuk menghalau luapan air sungai Bengawan (Solo dan Madiun) serta menangkis serangan lawan.  Benteng ini dikelilingi oleh parit selebar ± 5 meter yang dahulunya dipelihara buaya buas, sehingga sulit dan berbahaya bagi tawanan dan pekerja rodi yang mencoba melarikan diri maupun pasukan pejuang yang akan menyerang.
 Pada pintu gerbang pertama, terdapat bekas pondasi jembatan angkat sebagai akses penghubung untuk menuju pintu gerbang depan pertama dan masih terdapat bekas gerigi katrol pengangkat jembatan.
 Bagi para pengunjung dikenakan harga tiket masuk sebesar Rp. 1.000,00 , biaya parkir sepeda motor sebesar Rp. 1.000,00 dan mobil atau bus sebesar Rp. 3.000,00. Benteng Van Den Bosch dibuka untuk umum setiap hari pada pukul 08.00-17.00 WIB.


 

















Pintu Gerbang Utama (Masuk)
Setelah melewati pintu gerbang depan, kemudian dilanjutkan memasuki pintu gerbang utama menuju dalam komplek benteng yang terdapat tulisan tahun 1839-1845 diatas pintu. Tahun tersebut menunjukan sebagai periode tahun pembuatan benteng Van Den Bosch. Arsitekturnya memiliki ciri bergaya Castle Eropa berpadu corak Indische

















Kantor Utama 
Bangunan dengan arsitektur bergaya Roman-Indische ini dahulunya digunakan sebagai gedung utama perkantoran bagi tentara Hindia Belanda berpangkat tinggi atau setingkat Perwira dan Letnan. Pilar penopangnya begitu kokoh yang dipadu dengan pintu dan jendela besar yang sekilas seperti bangunan Romawi. Pada bagian interiornya masih terdapat lantai asli bercorak papan catur dengan aksen warna putih dan kuning. Kondisi bangunan ini sudah tidak beratap lagi dengan dinding sudah terkelupas.




 
Makam KH. Muhammad Nursalim

Didalam bangunan kantor ini juga terdapat barak bagi tentara berpangkat tinggi, dapur serta makam KH. Muhammad Nursalim. Beliau adalah tokoh penyi’ar Agama Islam pertama di Kabupaten Ngawi serta pahlawan bangsa pengikut Pangeran Diponegoro yang gugur akibat tertangkap oleh serdadu Belanda saat kalah berperang memberontak kepada penjajah.
 Setelah tertangkap, Beliau dibawa kedalam benteng. Karena memiliki kesaktian, Beliau tidak mempan ditembak dan dibacok (disiksa), akan tetapi tentara Belanda tidak kehabisan akal, kemudian beliau dikuburkan hidup-hidup dalam posisi terikat kencang. Pemugaran makam Beliau selesai pada tanggal 17 Agustus 1992 oleh Komandan Batalyon Armed 12. Benteng Van Den Bosch sangatlah Istimewa karena didalam kompleknya terdapat sebuah makam pahlawan bangsa. Kotatuaku juga turut mendoakan serta  menjaga kebersihan makam  Beliau.
SUMBER:WIKIPEDIA,GOOGLE IMAGE,INFO WISATA
 SEARCH COMMING:

BENTENG PENDEM NGAWI
WISATA BENTENG PENDEM
WISATA SEJARAH BENTENG PENDEM NGAWI
PORTAL NGAWI BENTENG PENDEM
Media: Portal Ngawi I Portal Berita Ngawi

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : BENTENG PENDEM NGAWI WISATA SEJARAH DIJANTUNG KOTA NGAWI

0 komentar:

Posting Komentar